Labu kuning atau waluh (bahasa Jawa)
sejatinya adalah salah satu jenis buah yang tak asing lagi bagi
masyarakat Indonesia. Tapi di Tanah Air, buah ini belum menjadi favorit
sebagaimana terjadi di Eropa dan Amerika. Padahal, buah ini punya
kandungan gizi yang syarat manfaat bagi kesehatan tubuh manusia,
produk-produk olahannya juga berpotensi ekonomis tinggi.
Waluh,
begitu orang Jawa menyebut buah yang tergolong sayuran ini. Sebagai
sumber pangan, labu, begitu nama lainnya, tidaklah asing bagi masyarakat
kita. Kendati pengolahannya masih sebatas itu saja. Padahal, buah dari
tanaman merambat ini juga sumber serat kaya manfaat, terutama bagi
kesehatan. Jadi, bukan sekadar memberi peragaman menu dapur.
Telah banyak bukti diungkap oleh para pakar gizi dan kesehatan tentang manfaat pumpkin, begitu orang bule menyebutnya, bagi kesehatan, seperti mengobati tekanan darah tinggi, arterosklerosis (penyempitan pembuluh darah), jantung koroner, dan diabetes mellitus (kencing manis), menurunkan panas, serta memperlancar pencernaan. Bahkan bisa pula untuk mencegah kanker.
Walau sepintas berasa “dingin”, tapi kandungan gizi buah yang bernama Latin Cucurbita moschata
ini cukup beragam. Dalam setiap 100 gr labu kuning, namanya yang lain
lagi, terkandung 34 kalori; 1,1 protein; 0,3 lemak; 0,8 mineral; dan 45
mg kalsium. Di samping juga serat, vitamin C dan vitamin A, serta air.
Melihat kandungan gizinya yang sedemikian rupa, harap maklum bila olahan
waluh sangat baik dikonsumsi dari anak-anak hingga orang tua. Apalagi, soal rasa tak perlu diragukan lagi.
Tapi,
jika Anda melewati jalan raya antara Kota Salatiga - Kopeng, Kecamatan
Getasan, Semarang pastilah sering menjumpai buah labu dalam ukuran besar
teronggok di tepi jalan. Ketidakmampuan para petani mengolah buah labu
menjadi produk makanan lain dan hanya menjualnya begitu saja membuat
harga jualnya tidak tetap. Akibatnya, hasil panen buah labu seringkali
hanya teronggok di tepi jalan menanti pembeli. Lebih buruk lagi,
sebagian besar di antaranya hanya dijadikan makanan binatang ternak
sapi.
No comments:
Post a Comment